Januari 24, 2013

A sad memory

"Semangat." Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin.
Mata sembab dan senyum yang melukis luka.
Suara jangkrik berkumandang.
Mencoba menghibur namun tangisan itu semakin berderai.
Segala pikiran berkecamuk.
Logika memegang angkuh kendali hidupnya menggoreskan penyesalan. Ternyata hati lebih benar.
Logika amarah sesaatnya menyisakan sesal.
Luka kini tergores.
Semakin dalam.
Kebahagiaan itu tak lagi sempurna.
Satu tetes, dua tetes, tiga tetes, beberapa tetes, hujan lalu banjir.
"Kamu terlalu bodoh." Hatinya berkata pilu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar