Ketika kamu membaca ini, aku tahu kamu masih peduli.
Teruskan membaca, karena aku tak bisa berkata dengan lisan.
Karena lewat tulisan pun tangis sudah berderai.
Apalagi bila aku harus berkata lisan dan memandang kedua bola matamu.
Maafkan aku, maafkan keegoisanku...
Detik terus saja berjalan maju.
Namun aku tetap enggan melangkahkan kakiku.
Aku masih ingin tetap berada disini, dalam labirin memori.
Kotak kenangan berisi setiap inchi kisah kita..
Aku masih sangat menyayangimu.
Bertahun-tahun sama sekali tak pernah bisa membuatku jera untuk mencintaimu.
Untuk menemukan sosok pria lain.
Bagiku tetap satu, kamu, mas.
Baiklah, kini aku sudah tak ada di hatimu, di pikiranmu.
Sudah terlupakan.
Sudah tergantikan.
Sudah ada dia. :)
Benar?
Ya, seperti dugamu, aku cemburu.
Sangat cemburu.
Tapi tak ada kekuatan untuk mengatakannya padamu.
Hatiku terlalu rapuh dan takut akan segala penghinaan yang mungkin kau lontarkan.
Maafkan keegoisanku, selalu berpikir kau tidak mencintaiku.
Maafkan keegoisanku, ingin memilikimu seutuhnya selamanya.
Aku ingin kau menjadi milikku lagi, seutuhnya, selamanya.
Dan aku tidak akan lagi pernah melepasmu..
I just love writing. I use my heart to write. :) And life gives me inspiration to write.
April 21, 2013
April 11, 2013
Dunia Tulis?
Aku masih lebih suka hidup dalam dunia tulis.
Dimana skenario utuh berjalan dalam genggamanku.
Dimana skenario utuh berjalan dalam genggamanku.
Dilupakan kenanganu
Aku berjalan terseok.
Membuka pintu masuk labirin memori.
Mengingat yang bahkan sudah melupakan.
Cih! Aku dilupakan kenangan.
Sedangkan aku masih menyimpannya rapi dalam memori.
Dilupakan?
Sakit.
Mengingat?
Jauh lebih sakit.
Membuka pintu masuk labirin memori.
Mengingat yang bahkan sudah melupakan.
Cih! Aku dilupakan kenangan.
Sedangkan aku masih menyimpannya rapi dalam memori.
Dilupakan?
Sakit.
Mengingat?
Jauh lebih sakit.
Langganan:
Postingan (Atom)